Merayakan 1 Tahun Dari 1 Dekade Flukeminimix

Merayakan 1 Tahun Dari 1 Dekade Flukeminimix

Tanggal 29 Desember menyimpan banyak peristiwa sejarah, dari pembantaian lebih dari 200 orang oleh Kavaleri ke-7 AS di San Diego, Sun Yat-sen diangkat menjadi Presiden Republik Tiongkok, perjanjian yang mengakui kemerdekaan Republik Irlandia oleh kerajaan Inggris, juga pematenan radio oleh Thomas A Edison. Dan pada tanggal yang sama, 11 tahun yang lalu terbentuk satu grup musik instrumental di kota Bandung, Flukeminimix.

Musik instrumental, terlebih banyak mengadopsi ekperimen-eksperimen lain kedalam materinya, pada tahun 2009 musik seperti ini masih sangat tabu di telinga publik, khususnya di Bandung. Hanya beberapa gigs komunitas atau pagelaran segmen tertentu yang menyuguhkan wahana tersebut, salah satu pelakunya tentu saja Flukeminimix. Digawangi oleh Farris Karamy Gibran, Ibrahim Adi Surya, Rangga Damaputra, Iqbal Amrullah, dan Roby Aldino yang masing-masing berbagi tugas memegang kendali instrumen untuk mengisi kemegahan ambien pada setiap lagu Flukeminimix.

Perjalanan panjang yang sudah melewati satu dasawarsa, mereka telah melahirkan satu album luar biasa yaitu ‘Between Spaces Into Space’ pada tahun 2015. Berisikan 7 lagu, disusun rapih dengan cerita yang menakjubkan. Yang sebelumnya pernah tergabung dalam album kompilasi, dan beberapa proyek kolaborasi bersama lintas komunitas. Flukeminimix yang sudah berusia 10(+1) tahun, merayakan perjalanan bermusik mereka dengan mengadakan showcase yang bertempat di reruntuhan Taman Sari

Anomali Ruang, Perayaan Gelombang..

Tepat satu tahun yang lalu, mereka mengadakan syukuran dalam momentum satu dekade terbentuknya Flukeminimix, pagelaran yang didirikan di tempat syarat banyak cerita, reruntuhan kota di Taman Sari, Bandung. Menyulap sebuah bangunan yang sudah digusur, hanya tinggal sisa-sisa tiang juga setengah dinding bangunan menjadi tempat showcase yang diberi nama ‘Ruang, Gelombang..’. Durasi kurang lebih 1 jam, membius publik yang datang. Distorsi yang menggema berputar ke dalam distopia ruang yang terlanjur hancur dibantai empunya kuasa, ditambah visual dan pemasangan tata letak cahaya yang menambah wahana menjadi sangat megah.

Dibalik cerita syukuran tersebut, terdapat catatan kecil diluar teknis pagelaran. Anomali tentang “ruang” yang dibentuk oleh Flukeminimix, mendobrak batas tentang sebuah showcase yang dilakukan di tempat tidak lazim. Dibawah gedung besar tempat pusat perbelanjaan dan jembatan ikonik kota Bandung, kedua bangunan yang menjadi lahan kebahagiaan masyarakat, berdiri tepat diatas derita warga yang sedang berjuang agar tanah, udara, juga air untuk tidak dirampas, ironis.

Ketika orang-orang memiliki hak istimewa untuk dapat memenuhi kesenangan mereka, dibawah bangunan besar sebuah pusat perbelanjaan terdapat masyarakat yang harus banting tulang melindungi atap harta dan tubuhnya. Tatkala penguasa membangun sebuah jembatan ikon kota yang melintang diatas masyarakat padat lahan, menjadi tempat swafoto turis untuk mengabadikan jejak bahwa mereka pernah singgah disini. Senyum lebar yang terbesit berbanding terbalik dengan keadaan dibawah pijakan mereka sendiri, dimana untuk membangun tempat cuci kakus saja harus urun dengan rukun tetangga yang lain.

Hidup di kota besar mungkin banyak mendapat kemudahan untuk mengisi kebutuhan, dalam segala hal kita disuguhkan banyak pilihan dari mulai kualitas biasa sampai yang tidak masuk di akal. Tetapi dibalik semua keleluasan tersebut, kita semua harus mengakui bahwa perbedaan kelas itu nyata adanya, dan acap kali kita menolak untuk mengamini hal tersebut. Banyak orang difasilitasi oleh kemampuan dan lingkungannya, namun banyak juga orang tak diberi pilihan untuk merealisasikan keinginannya. Perputaran arus menggapai mimpi hanya berputar di bagian kelas tertentu, omong kosong kerja keras adalah yang utama, semua orang sudah pasti melakukannya.

***

Bicara soal ruang, didalamnya terdapat alun yang mesti bergerak terus-menerus. Orang-orang selalu disibukan dengan aktifitas sehari-harinya, bekerja, bermain, semua dilakukan tanpa henti sampai lupa bagaimana akar dari itu semua mesti dinikmati, dan kita semua terlibat dalam perputaran tersebut.

Kala gelombang yang terus-menerus berputar mengitari hiruk pikuk hidup masyarakat, Flukeminimix mencoba merepresentasikan kembali bagaimana caranya merayakan sesuatu dari hal yang paling dasar, menerjemahkan ulang soal komponen-komponen bahana. Alunan gelombang suara yang disajikan Flukeminimix adalah sihir, meleburkan kebingungan orang-orang soal bagaimana menikmati musik nir-kata.

Yang Ada dan Kasat Mata

Memperjuangkan sesuatu yang menjadi hak milik kita adalah pelaksanaan kata-kata, sebuah harga yang harus dibayar tuntas bagaimanapun caranya. Flukeminimix telah menciptakan album yang maha dahsyat, gugusan lagu yang dikemas sedemikian apik, dan salah satu lagu yang menjadi sorotan yaitu lagu yang berjudul “Chariot and The Warriors of Silence”.

Menjadi salah satu lagu untuk sebuah projek kolaborasi dokumenter yang merespon peristiwa 30 September 1965, mengingat apa dan siapa saja yang terlibat dan dilupakan. Tragedi memainkan lakonnya sebagai pengisi epigraf sejarah, yang didalamnya banyak pihak yang berperan dan terseret. Sebagaimana arti dari judul lagu tersebut mengenai para pejuang hebat yang luput dari catatan, dan ini terjadi di berbagai peristiwa.

Teringat Roem Topatimasang membongkar tabir orang-orang asli yang dijinakan di tanah sendiri, potret masyarakat yang sengaja disamarkan dan dikaburkan, membuat mereka terasing di tanah leluhurnya sendiri, tersisih lalu terasingkan. Kehadiran lagu “Chariot and The Warriors of Silence” adalah penggambaran bagaimana kehadiran masyarakat yang berjuang tanpa tersorot dan dosa kita yang tak melihat mereka. Seakan kehabisan kata-kata untuk menggambarkan situasi seperti itu, munculnya lagu nir-kata menjadi representasi akan pesan dan permohonan, instrument-instrumen yang dimainkan menggambarkan seluruhnya tanpa harus diucap lirik basa-basi yang tak menjadi apa-apa.

***

Musik, atau apapun bentuknya, mungkin tak bisa mengubah apa-apa. Tapi ada yang harus ditanamkan, bahwa pembawa pesan bisa melalui medium apapun, dan pengolahan gelombang suara ini yang menjadi pembawa pesan Flukeminimix, lewat alunan serta aksi mereka.

Dalam merayakan keberadaan Flukeminimix atas perjalanannya, kita diingatkan bahwa banyak hal yang harus diperhatikan selain kepentingan kita sebagai individu yang harus memenuhi kebutuhan, hak juga kewajiban ternyata bukan milik kita seorang. Karena kita memiliki kekuatan serta ikatan, dan kita tahu itu. Waktu yang dihabiskan untuk menekuni kelompok ini mungkin hanyalah angka, namun disetiap jangka yang dilalui Flukeminimix telah menciptakan banyak hal yang luar biasa. Kita selalu disuguhkan wahana magis dalam setiap karya dan penampilannya. Selamat bertambah umur, untuk hari ini dan masa yang akan ditatap selanjutnya.